Daftar nama binatang endemik Indonesia

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Halaman ini berisi daftar nama binatang endemik Indonesia.

Bagian daftar

  • Nama latin
!Familia Daerah endemisme Nama lokal Nama asing
Ailurops ursinus Phalangeridae Sulawesi Kuskus beruang Sulawesi bear cuscus
Axis kuhlii Cervidae Jawa Timur Rusa bawean Bawean deer
Babyrousa babyrussa Suidae Sulawesi Babirusa
Barbourula Borneoensis Bombinatoridae Kalimantan Katak tanpa paru-paru Bornean Flat-headed Frog
Bos javanicus Bovidae Jawa Banteng jawa
Bubalus depressicornis Bovidae Sulawesi Anoa dataran rendah
Bubalus quarlesi Bovidae Sulawesi Anoa pegunungan
Buceros bicornis Bucerotidae Kalimantan Rangkong papan
Callosciurrus adamsi Sciuridae Kalimantan Bajing telinga botol
Capricornis sumatraensis sumatraensis Bovidae Sumatra Kambing hutan sumatra
Casuarius bennetti Casuariidae Papua Kasuari kerdil Dwarf Cassowary
Casuarius unappendiculatus Casuariidae Papua Kasuari gelambir tunggal
Catopuma badia Felidae Kalimantan Kucing merah Bay Cat
Cervus timorensis Cervidae Bali, Jawa and Timor Rusa Timor Javan Deer
Chelodina mccordi Chelidae P. Rote, Nusa Tenggara Timur Kura-kura leher ular Rote Island snake-necked turtle
Chelonia mydas Cheloniidae Jawa Penyu hijau
Dendrolagus pulcherrimus Macropodidae Papua Kanguru pohon mantel emas Golden-mantled Tree-kangaroo
Dermochelys coriacea Cheloniidae Jawa Penyu belimbing
Dicerorhinus sumatrensis Rhinocerotidae Sumatra Badak sumatra Sumatran Rhinoceros
Eos cyanogenia Psittacidae Papua Nuri Sayap Hitam Black-winged Lory
Eretmochelys imbricata Cheloniidae Jawa Penyu sisik Hawksbill sea turtle
Hemiscyllium freycineti Hemiscylliidae Papua Hiu karpet berbintik Indonesian speckled carpetshark
Hylobates moloch Hylobatidae Jawa Owa jawa Silvery gibbon
Hylobates muelleri Hylobatidae Kalimantan Owa-owa Müller's Bornean gibbon
Hylobates syndactylus Hylobatidae Sumatra Siamang
Hystrix javanica Hystricidae Jawa Landak jawa Sunda Porcupine
Hystrix sumatrae Hystricidae Jawa Landak sumatra
Lanthanotus borneensis Scincidae Kalimantan Kadal coklat kalimantan Earless monitor
Lariscus hosei Sciuridae Kalimantan Bajing tanah
Lepidochelys olivacea Cheloniidae Jawa Penyu lekang
Leptophryne cruentata Bufonidae Jawa Barat Kodok darah Bleeding toad
Leucopsar rothschildi Sturnidae Bali Jalak Bali
Macaca nigra Cercopithecidae Sulawesi Utara Kera hitam sulawesi Celebes crested macaque
Macaca pagensis Cercopithecidae Mentawai Beruk mentawai
Macrocephalon maleo Megapodiidae Sulawesi Tengah Burung maleo
Macrogalidia musschenbroekii Viverridae Sulawesi Musang sulawesi Sulawesi Palm Civet
Nasalis larvatus Cercopithecidae Kalimantan Bekantan
Neofelis diardi Felidae Sumatra dan Kalimantan Macan dahan Sunda Clouded Leopard
Nesolagus netscheri Leporidae Sumatra Kelinci belang sumatra Sumatran Striped Rabbit
Nycticebus javanicus Lorisidae Jawa Kukang jawa Javan slow loris
Orcaella brevirostris Delphinidae Kalimantan Timur Pesut Irrawaddy dolphin
Panthera pardus Felidae Jawa Macan tutul jawa
Panthera tigris sumatrae Felidae Sumatra Harimau sumatra
Paradisaea rubra Paradisaeidae Papua Burung cendrawasih
Phalanger alexandrae Phalangeridae Maluku Utara Kuskus gebe Gebe Cuscus
Phalanger matabiru Phalangeridae Maluku Kuskus mata biru
Phalanger rothschildi Phalangeridae Maluku Kuskus obi
Philautus jacobsoni Phalangeridae Jawa Tengah Kodok pohon ungaran
Pongo abelli Hominidae Sumatra Orang utan sumatra
Pongo pygmaeus Hominidae Kalimantan Orang utan kalimantan
Presbytis comata Cercopithecidae Jawa Surili Javan surili
Presbytis frontata Cercopithecidae Kalimantan Lutung dahi putih
Presbytis rubicunda Cercopithecidae Kalimantan Lutung merah
Prionailurus bengalensis Felidae Jawa Meong congkok
Rhinoceros sondaicus Rhinocerotidae Jawa Barat Badak jawa
Scleropages formosus Osteoglossidae Sumatra Arwana emas Asian arowana
Simias concolor Cercopithecidae Mentawai Monyet ekor babi Pig-tailed langur
Strigocuscus celebensis Phalangeridae Sulawesi Kuskus kerdil Sulawesi Dwarf Cuscus
Sundasciurus juvencus Sciuridae Sumatra dan Bali Bajing palawan
Taphozous achates Emballonuridae Bali Kelelawar berjenggot coklat Indonesian Tomb Bat
Tarsius bancanus Tarsiidae Sumatra dan Kalimantan Tarsius bangka
Tarsius pelengensis Tarsiidae Sulawesi Tarsius peleng
Tarsius pumilus Tarsiidae Sulawesi Tarsius pygmy
Tarsius sangirensis Tarsiidae Sulawesi Utara Tarsius sangir
Tarsius tarsier Tarsiidae Sulawesi Utara Tarsius sulawesi
Thecurus crassispinis Hystricidae Kalimantan Landak Borneo Thick-spined bornean porcupine
Trachypithecus auratus Cercopithecidae Jawa Lutung
Tragulus javanicus Tragulidae Jawa Kancil jawa Java Mouse-deer
Tupaia chrysogaster Tupaiidae Mentawai Tupai Mentawai Golden-bellied Treeshrew
Varanus komodoensis Varanidae Nusa Tenggara Komodo Komodo dragon
Nama latin Familia Daerah endemisme Nama lokal Nama asing
 
SUMBER :  https://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_nama_binatang_endemik_Indonesia

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

SANCA KEMBANG


Python reticulatus сетчатый питон-2.jpg
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Reptilia
Ordo: Squamata
Upaordo: Serpentes
Famili: Pythonidae
Genus: Malayopython
Spesies: M. reticulatus
Nama binomial
Malayopython reticulatus

Sanca kembang atau sanca batik adalah sejenis ular dari suku Pythonidae yang berukuran besar dan memiliki ukuran tubuh terpanjang di antara ular lain. Ukuran terbesarnya dikatakan dapat melebihi 8.5 meter.[1] Lebih panjang dari anakonda (Eunectes), ular terbesar dan terpanjang di Amerika Selatan. Nama-nama lainnya adalah ular sanca; ular sawah; sawah-n-etem (Simeulue); ular petola (Ambon); dan dalam bahasa Inggris reticulated python atau kerap disingkat retics. Sedangkan nama ilmiahnya yang sebelumnya adalah Python reticulatus, kini diubah genusnya menjadi Malayopython reticulatus.[2]


Daftar isi

Identifikasi

Sanca kembang ini mudah dikenali karena umumnya bertubuh besar. Keluarga sanca (Pythonidae) relatif mudah dibedakan dari ular-ular lain dengan melihat sisik-sisik dorsalnya yang lebih dari 45 deret, dan sisik-sisik ventralnya yang lebih sempit dari lebar sisi bawah tubuhnya. Di Indonesia barat, ada tiga spesies bertubuh gendut pendek yakni kelompok ular peraca (Python curtus group: P. curtus, P. brongersmai dan P. breitensteini) di Sumatera, Kalimantan dan Semenanjung Malaya.
Dua spesies yang lain bertubuh relatif panjang, pejal berotot: P. molurus (sanca bodo) dan M. reticulatus. Kedua-duanya menyebar dari Asia hingga Sunda Besar, termasuk Jawa. P. molurus memiliki pola kembangan yang berbeda dari reticulatus, terutama dengan adanya pola V besar berwarna gelap di atas kepalanya. Sanca kembang memiliki pola lingkaran-lingkaran besar berbentuk jala (reticula, jala), tersusun dari warna-warna hitam, kecoklatan, kuning dan putih di sepanjang sisi dorsal tubuhnya. Satu garis hitam tipis berjalan di atas kepala dari moncong hingga tengkuk, menyerupai garis tengah yang membagi dua kanan kiri kepala secara simetris. Dan masing-masing satu garis hitam lain yang lebih tebal berada di tiap sisi kepala, melewati mata ke belakang.
Sisik-sisik dorsal (punggung) tersusun dalam 70-80 deret; sisik-sisik ventral (perut) sebanyak 297-332 buah, dari bawah leher hingga ke anus; sisik subkaudal (sisi bawah ekor) 75-102 pasang. Perisai rostral (sisik di ujung moncong) dan empat perisai supralabial (sisik-sisik di bibir atas) terdepan memiliki lekuk (celah) pendeteksi panas (heat sensor pits) (Tweedie 1983).

Biologi dan persebaran

Sanca kembang terhitung ular terpanjang di dunia. Ular terpanjang yang terkonfirmasi berukuran 6.95 m di Balikpapan, Kalimantan Timur[1] sedangkan berat maksimal yang tercatat adalah 158 kg (347.6 lbs). Ular sanca termasuk ular yang berumur panjang, hingga lebih dari 25 tahun.
Ular-ular betina memiliki tubuh yang lebih besar. Jika yang jantan telah mulai kawin pada panjang tubuh sekitar 7-9 kaki, yang betina baru pada panjang sekitar 11 kaki. Dewasa kelamin tercapai pada umur antara 2-4 tahun.
Musim kawin berlangsung antara September hingga Maret di Asia. Berkurangnya panjang siang hari dan menurunnya suhu udara merupakan faktor pendorong yang merangsang musim kawin. Namun, musim ini dapat bervariasi dari satu tempat ke tempat lain. Shine et al. 1999 mendapatkan bahwa sanca kembang di sekitar Palembang, Sumatera Selatan, bertelur antara September-Oktober; sementara di sekitar Medan, Sumatera Utara antara bulan April-Mei.
Jantan maupun betina akan berpuasa di musim kawin, sehingga ukuran tubuh menjadi hal yang penting di sini. Betina bahkan akan melanjutkan puasa hingga bertelur, dan sangat mungkin juga hingga telur menetas (McCurley 1999).
Sanca kembang bertelur antara 10 hingga sekitar 100 butir. Telur-telur ini ‘dierami’ pada suhu 88-90 °F (31-32 °C) selama 80-90 hari, bahkan bisa lebih dari 100 hari. Ular betina akan melingkari telur-telur ini sambil berkontraksi. Gerakan otot ini menimbulkan panas yang akan meningkatkan suhu telur beberapa derajat di atas suhu lingkungan. Betina akan menjaga telur-telur ini dari pemangsa hingga menetas. Namun hanya sampai itu saja; begitu menetas, bayi-bayi ular itu ditinggalkan dan nasibnya diserahkan ke alam.
Sanca kembang menyebar di hutan-hutan Asia Tenggara. Mulai dari Kep. Nikobar, Burma hingga ke Indochina; ke selatan melewati Semenanjung Malaya hingga ke Sumatera, Kalimantan, Jawa, Nusa Tenggara (hingga Timor), Sulawesi; dan ke utara hingga Filipina (Murphy and Henderson 1997).
Sanca kembang memiliki tiga subspesies. Selain M.r. reticulatus yang hidup menyebar luas, dua lagi adalah M.r. jampeanus yang menyebar terbatas di Pulau Tanah Jampea dan M.r. saputrai yang menyebar terbatas di Kepulauan Selayar. Kedua-duanya di lepas pantai selatan Sulawesi Selatan.[2]

Ekologi

Sanca kembang hidup di hutan-hutan tropis yang lembap (Mattison, 1999). Ular ini bergantung pada ketersediaan air, sehingga kerap ditemui tidak jauh dari badan air seperti sungai, kolam dan rawa.
Makanan utamanya adalah mamalia kecil, burung dan reptilia lain seperti biawak. Ular yang kecil memangsa kodok, kadal dan ikan. Ular-ular berukuran besar dilaporkan memangsa anjing, monyet, babi hutan, rusa, bahkan manusia yang ‘tersesat’ ke tempatnya menunggu mangsa (Mattison 1999, Murphy and Henderson 1997, Shine et al. 1999). Ular ini lebih senang menunggu daripada aktif berburu, barangkali karena ukuran tubuhnya yang besar menghabiskan banyak energi.
Mangsa dilumpuhkan dengan melilitnya kuat-kuat (constricting) hingga mati kehabisan napas. Beberapa tulang di lingkar dada dan panggul mungkin patah karenanya. Kemudian setelah mati mangsa ditelan bulat-bulat mulai dari kepalanya.
Setelah makan, terutama setelah menelan mangsa yang besar, ular ini akan berpuasa beberapa hari hingga beberapa bulan hingga ia lapar kembali. Seekor sanca yang dipelihara di Regent’s Park pada tahun 1926 menolak untuk makan selama 23 bulan, namun setelah itu ia normal kembali (Murphy and Henderson 1997).

Taksonomi

Penelitian Filogenetik terbaru mendapatkan hasil yang sangat mencengangkan, bahwa Ular Sanca Kembang dan Ular Sanca Timor ternyata lebih dekat dengan Australasian Python dibanding dengan genus Sanca sejati yang lain.Sehingga Ular Sanca Kembang dan Ular Sanca Timor dimasukkan dalam genus baru, yaitu Broghammerus. Namun, pada tahun 2013-2014, para ilmuwan melakukan studi DNA lagi sampai akhirnya kedua ular ini dimasukkan dalam genus baru lagi, yakni Malayopython.[2]

Sanca dan Manusia

Sanca --terutama yang kecil-- kerap dipelihara orang karena relatif jinak dan indah kulitnya. Pertunjukan rakyat, seperti topeng monyet, seringkali membawa seekor sanca kembang yang telah jinak untuk dipamerkan. Sirkus lokal juga kadang-kadang membawa sanca berukuran besar untuk dipamerkan atau disewakan untuk diambil fotonya.
Sanca banyak diburu orang untuk diambil kulitnya yang indah dan bermutu baik. Lebih dari 500.000 potong kulit sanca kembang diperdagangkan setiap tahunnya. Sebagian besar kulit-kulit ini diekspor dari Indonesia, dengan sumber utama Sumatera dan Kalimantan. Semua adalah hasil tangkapan di alam liar.
Jelas perburuan sanca ini sangat mengkhawatirkan karena mengurangi populasinya di alam. Catatan dari penangkapan ular komersial di Sumatera mendapatkan bahwa sanca kembang yang ditangkap ukurannya bervariasi antara 1 m hingga 6 m, dengan rata-rata ukuran untuk jantan 2.5 m dan betina antara 3.1 m (Medan) – 3.6 m (Palembang). Kira-kira sepertiga dari betina tertangkap dalam keadaan reproduktif (Shine et al. 1999). Hingga saat ini, ular ini belum dilindungi undang-undang. CITES (konvensi perdagangan hidupan liar yang terancam) memasukkannya ke dalam Apendiks II.

 SUMBER : https://id.wikipedia.org/wiki/Sanca_kembang


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

KOMUNITAS SATWA EKSOTIK

Komunitas Satwa Eksotik / KSE , adalah wadah / komunitas untuk mengatasi kendala minat dan jarak bagi seluruh PEMERHATI / PECINTA / PENG HOBI / PEMELIHARA / PEM BUDIDAYA seluruh Hewan yang di katagorikan sebagai PETS ( Binatang Peliharaan ) baik yang telah dikenal sejak lama atau yang baru trend / introduksi baru atau hewan liar eksotik yang berpotensi untuk diperkenalkan dan dijadikan trend / baru mulai di introduksi .
Mengatasi kendala minat , disini berarti KSE adalah komunitas dengan anggota Pemerhati / Pecinta / Peng hobi / pemelihara / Pem budidaya berbagai  Pets  ( hewan peliharaan ) , yang tidak membatasi apakah dia hanya :
-          Pemerhati ( tanpa memiliki / memelihara Pets )
-          Pecinta ( dengan atau tanpa memiliki / memelihara Pets )
-          Peng hobi ( untuk semua beragam Pets )
-          Pemelihara ( untuk semua beragam Pets )
-          Pembudidaya / breeder ( untuk semua beragam Pets )
-          Dan lainnya
Mengatasi kendala jarak , disini berarti KSE adalah komunitas yang dominan berinteraksi dan berkomunikasi lewat Multi media ( smartphone , chat , facebook , whatsapp , BBM , line, we chat , kakao talk dll ), hingga dengan memanfaatkan fasilitas multi media tersebut akan menghasilkan Network yang baik dan sekaligus mengatasi kendala jarak lokasi masing-masing anggota  yang terpisah antara kota-kota yang ada di Indonesia.
Sistim KSE , adalah komunitas yang berusaha membangun jaringan network di tiap kota yang ada di Indonesia dan dikenal dengan sistim “ REGIONAL “ . Dengan adanya sistim Regional di masing-masing kota diharapkan anggota-anggota yang ada nantinya dapat mewujudkan dan membangun hubungan / sistim network yang luas antar regional-regional yang ada di masing-masing kota nantinya. 
Syarat calon ke anggotaan KSE , dimana tidak ada syarat khusus bagi individu yang tertarik dan berminat untuk bergabung dengan KSE,  seperti tidak harus memelihara / memiliki Pets dll. Cukup hanya menghubungi ADMIN KSE  dan memberikan data-data yang diminta nantinya.
TERIMA KASIH
ADMIN KSE PUSAT :
Call / SMS / Whatsapp : +6289617123865
Line / We Chat / Kakao Talk : +6289617123865
Pin BBM : 764047D2
 
 
ADMIN KSE REGIONAL KALBAR:
 
CALL/SMS : +6289693711353/ +6289667268324

PIN BBM : 228B11CD/ 32270F6D

INSTAGRAM : KSE.KAL_BAR

FACEBOOK : https://www.facebook.com/profile.php?id=100009360929147&ref=ts&fref=ts

TWITTER : @ksekalbar
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS